Sebagian pelanggan telekomunikasi mendesak regulator agar menetapkan sistem penarifan flat mulai detik pertama agar tidak membingungkan. Sementara itu, mulai April Ditjen Postel berharap tarif ritel operator sudah menyentuh tarif dasar.
Sutikno Teguh, Presdir PT Emslanindo Pratista Mahardika-salah satu distributor nomor prabayar-mengatakan kebanyakan pelanggan yang dilayaninya mengeluhkan penerapan tarif promosi oleh sejumlah operator seluler akhir-akhir ini yang cenderung rumit dan terkadang menjebak.
"Seharusnya tarif dihitung sejak detik pertama secara flat hingga detik atau menit selanjutnya, tidak seperti saat ini di mana pada menit ke-1 s.d. ke-3 dikenakan tarif normal, sementara menit selanjutnya baru tarif promosi dengan berbagai syarat dan ketentuan yang rumit," tegasnya kepada Bisnis melalui e-mail.
Saat ini, sebenarnya sejumlah operator akses nirkabel tetap (fixed wireless access/FWA) telah menerapkan tarif flat sejak detik dan menit pertama seperti Esia dengan Rp50 per menit dan Flexi Classy dengan Rp49 per menit. Bahkan Esia memberikan tarif khusus Rp1.000 per jam sementara Flexi Classy menerapkan tarif Rp750 per jam.
Sutikno berpendapat regulator juga perlu segera menghilangkan pengenaan biaya tambahan kepada penelepon pada saat melakukan panggilan ke nomor-nomor luar kota atau incoming call roaming karena banyak merugikan pelanggan.
Masalahnya, lanjut Sutikno, kebanyakan penelepon tidak mengetahui nomor yang dihubungi termasuk dalam kota atau luar kota meski yang dipanggil adalah kerabat atau teman satu kota atau bahkan satu rumah.
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) akan mengawasi secara ketat pemberlakuan tarif operator, terutama menjelang April saat penurunan tarif interkoneksi mulai diterapkan.
Anggota BRTI Heru Sutadi menegaskan regulator menetapkan formulasi tarif berbasis menit. "Sementara operator diberi keleluasaan melakukan deaverage berdasarkan hitungan formula yang dikeluarkan pemerintah, akan tetapi rata-ratanya tidak boleh lebih tinggi," ujarnya akhir pekan lalu.
Sentuh tarif dasar
Menkominfo Mohammad Nuh membenarkan akhir-akhir ini ada tiga operator seluler yakni PT Indosat Tbk, PT Excelcominto Pratama Tbk, dan Telkomsel yang dinilai agresif menawarkan tarif murah kepada konsumen.
Namun menurut dia, sepanjang kompetisi itu dapat dipahami sebagai strategi pemasaran menjelang akan diberlakukannya tarif baru interkoneksi pada awal April 2008 maka sah-sah saja.
Menurut Nuh, Dekominfo akan terus memantau perang tarif yang kini dilakukan tiga operator seluler tersebut. Namun, menurut dia, sejauh ini pengawasannya masih dalam batas pengkajian dan belum ada kesimpulan tentang adanya unsur menyesatkan.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat hasil kajian itu sudah disimpulkan sehingga dapat dirilis, kalau memang ada operator yang melanggar etika pemasaran bisa segera ditindak," ujarnya di sela-sela peresmian Laboratorium IT Broadband Learning Center (BLC) milik Divisi Regional Jawa Timur PT Telkom di Surabaya, akhir pekan lalu.
Dirjen Postel Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar menegaskan tarif promo saat ini tidak menyentuh tarif dasar.
"Tarif interkoneksi tidak bisa keluar dari aturan pemerintah. Mulai April diharapkan skema tarif operator akan menyentuh tarif dasar," tegasnya.
(Sumberr: Bisnis Indonesia)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment